top of page
Search
  • Writer's pictureBahtera Properti

Mengenal Rumah Adat Mbaru Niang

Rumah adat Mbaru Niang ini terletak di Kampung Adat Wae Rebo. Mengutip buku 70 Tradisi Unik Suku Bangsa di Indonesia karya Fitri Haryani NasuXon, Desa Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi di Indonesia.


Penduduk dari Desa Wae Rebo adalah keturunan Minang. Meskipun berada di Nusa Tenggara Timur, konon penduduk Wae Rebo adalah keturunan Minang, Sumatera Barat.


Penduduk Wae Rebo berbondong-bondong membuat tiang bendera berdiri tegak lurus di rumah adat yang berbentuk kerucut tersebut. Simak penjelasan lengkap tentang rumah adat ini.


Tentang Rumah Adat Mbaru Niang



Mengutip dari buku Mbaru Gendang, Rumah Adat Manggarai, Flores karya Dr. Yohanes S. Lon, rumah adat Mbaru Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter. Rumah ini memiliki desain unik dan terpencil di pegunungan karena hanya berada di Desa Wae Rebo.


Mbaru Niang berbentuk kerucut dan atapnya yang terbuat dari dan lontar hampir menyentuh tanah. Keseluruhan rumah ini ditutupi menggunakan ijuk. Uniknya pembuatan rumah ini dibangun tanpa paku, tetapi memiliki tali rotan.


Tingkatan pada Rumah Adat Mbaru Niang



Setiap rumah Mbaru Niang ditempati oleh enam hingga delapan keluarga. Tidak hanya itu, satu rumah adat ini memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah penjelasan dari setiap tingkat rumah adat Mbaru Niang, yakni:


Tingkat pertama



Ruangan ini digunakan sebagai tempat tinggal dan untuk berkumpul dengan . Tingkat pertama ini biasanya disebut dengan lutur.


Tingkat kedua



Ruangan ini adalah loteng yang berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang keperluan sehari-harinya. Tingkat kedua dari rumah adat ini disebut dengan lobo.


Tingkat ketiga



Ruangan di tingkat ketiga digunakan untuk menyimpan benih-benih tanaman , seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan. Tingkat ketiga ini disebut juga dengan lentar.


Tingkat keempat



Ruangan ini berguna untuk menyimpan stok makanan jika suatu saat terjadi kekeringan. Tingkat keempat ini disebut juga dengan lempa rae.


Tingkat kelima



Bagian ii adalah tempat untuk melakukan sesajian, yaitu persembahan untuk para leluhur. Tingkat kelima ini dapat disebut dengan hekang kode.

4 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page